Sabtu, 17 Mei 2014

MAKALAH




Tugas ini diajukan untuk memenuhi sebagian
tugas matakuliah Micro Teaching

Di Susun Oleh :
Umi Salamah
Nur Fadlina
Sahrin
Khalisyah
                                          Lokal / semester    :  A / VI
Prodi                     :  S1-PGMI
Dosen pengampu  :  Drs. Erdi Indra

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013/2014




KETERAMPILAN DASAR BERTANYA (QUESTIONING)
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Di samping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran.
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Mengapa demikian? Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.[1]
Keterampilan bertanya sangat penting dalam proses belajar-mengajar, karena dengan diadakannya kegiatan bertanya guru dapat memancing jawaban, komentar, pemahaman dari siswa-siswi, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan memotivasi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
A.    Pengertian Keterampilan Bertanya
            Menurut pendapat Brown pengertian bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa-siswi merupakan pengertian dari bertanya (Brown, 1975, 103). Dalam proses belajar mengajar, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah agar siswa-siswi belajar, artinya memperoleh pengetahuan (informasi) dan meningkatkan kemampuan berpikir.
            Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan dasar mengajar bertanya adalah suatu aktivitas guru yang berupa ungkapan pertanyaan kepada anak didik untuk menciptakan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar bertanya tingkat dasar dan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. keterampilan dasar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar bertanya tingkat dasar dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa-siswi, memperbesar partisipasinya, dan mendorong agar siswa-siswi dapat mengambil inisiatif sendiri.
B.     Pentingnya Keterampilan Bertanya
Keterampilan dasar bertanya perlu dikuasai oleh guru maupun calon guru karena:
o   Telah berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber informasi sedangkan siswa-siswi menjadi penerima informasi yang pasif.
o   Latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapat.
o   Penggalakan penerapan gagasan Active Learning saat ini yang menuntut para siswa-siswi lebih banyak terlibat secara mental dalam proses belajar mengajar seperti bertanya, berusaha menemukan jawaban masalah yang dihadapinya.
o   Pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa-siswi.
Berdasarkan empat hal tersebut di atas, jelas bahwa penguasaan keterampilan bertanya bagi seorang guru sangat penting. Dengan menggunakan keterampilan dasar bertanya yang efektif dan efesien dalam proses belajar mengajar, diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa-siswi. Perubahan pada guru adalah bahwa dengan menerapkan secara bervariasi keterampilan dasar bertanya, guru menciptakan interaksi yang dinamis, membantu siswa-siswi untuk berinisiatif dalam proses pembelajaran.[2]
Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses pembelajaran, maka setiap guru harus memiliki keterampilan ini, untuk menjamin kualitas pembelajaran. Di bawah ini dijelaskan tentang jenis-jenis pertanyaan, dan teknik-teknik bertanya.
C.    Jenis-jenis Pertanyaan
Pertanyaan itu banyak jenisnya. Dilihat dari maksudnya, pertanyaan terdiri dari:
a.       Pertanyaan permintaan (compliance question), yaitu pertanyaan yang mengandung unsur suruhan dengan harapan agar siswa dapat mematuhi perintah yang diucapkan, oleh karena itu pertanyaan ini tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi yang diharapkan adalah tindakan siswa.
b.      Pertanyaan retoris (rhetorical question) yaitu jenis pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari siswa, akan tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
c.       Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir siswa, dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang bebih tepat dari jawaban sebelumnya.
d.      Pertanyaan menggali (probing question), adalah pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah kualitas dan kuantitas jawaban. Jenis pertanyaan ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Sekarang pertanyaan dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan bisa terdiri dari pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat tinggi.
v  Pertanyaan pengetahuan (knowledge question)
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta atau data, oleh sebab itu dinamakan juga pertanyaan yang menghendaki agar siswa dapat mengungkapkan kembali (recall question).
Contoh: “Siapa presiden wanita Indonesia?”
v  Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan, pertanyaan pemahaman lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis pertama, oleh sebab pertanyaan ini tidak hanya sekadar mengharapkan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang diingatnya, akan tetapi pertanyaan yang mengharapkan kemampuan siswa untuk memperjelas gagasan.
Contoh:
“Apa perbedaan antara tumbuhan yang berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif?”
v  Pertanyaan aplikatif (application question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban agar siswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Contoh:
Kamu telah belajar bagaimana cara menghitung luas sebuah bidang. Nah, sekarang coba kamu hitung berapa luas kelas tempat belajar kita ini.

v  Pertanyaan analisis (Analysis question)
Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki agar siswa dapat menguraikan suatu konsep tertentu.
Contoh:
“Coba Anda uraikan dengan jelas apa manfaat koperasi sekolah?”
v  Pertanyaan sintesis (synthesis question)
Pertanyaan ini menghendaki agar siswa dapat membuat semacam ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran.
Contoh:
“Jika kamu sebagai pimpinan perusahaan, usaha apa yang kamu lakukan untuk meningkatkan laba usaha?”[3]
v  Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu.
Contoh:
 “ Bagaimana pendapatmu tentang pelaksanaan organisasi pramuka di sekolah?”
Adapun teknik-teknik bertanya yaitu:
-          Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan
-          Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
-          Atur lalu lintas bertanya jawab
-          Hindari pertanyaan ganda[4]
Dalam menyusun pertanyaan, perlu diperhatikan jenis pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa dapat dikelompokkan dalam:
ü  Pertanyaan tertutup, bila menghendaki jawaban tertentu dan menuju pada suatu kesimpulan. Misalnya: “Apakah fungsi candi menurut ajaran agama Budha dan Hindu?”
ü  Pertanyaan terbuka, bila menghendaki berbagai alternatif jawaban.[5] Misalnya: “Akibat-akibat apakah yang ditimbulkan oleh bencana banjir?”
Kemampuan guru dalam menumbuhkan keberanian bertanya dalam diri siswa   menunjukkan keberhasilan guru dalam mengaktifkan proses pembelajaran.
Dengan demikian, “pertanyaan” merupakan salah satu indikasi keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan pertanyaan dalam proses pembelajaran.
Beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa bertanya atau terlibat aktif dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.       Guru memberi reward (poin) bagi setiap peserta didik yang bertanya, satu poin untuk pertanyaan yang tidak sesuai dengan materi pelajaran, dan dua poin untuk pertanyaan yang sesuai dengan materi pelajaran. Poin tersebut dapat berupa tambahan nilai ulangan harian atau sekadar ucapan “pertanyaan yang bagus”.
b.      Guru memberi pertanyaan kepada siswa yang pasif untuk dijawab. Beri satu poin jika jawabannya salah, dan beri dua poin jika jawabannya benar. Ketika jawabannya kurang tepat, guru dapat meminta siswa tersebut untuk mencari bantuan temannya guna menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.
c.       Menyebut nama siswa tertentu yang relatif aktif atau antusias dalam mengikuti pelajaran. Misalnya, di sela-sela penjelasan diikuti dengan penyebutan “si A juga kalau belajar keras bisa jadi juara”. Hal ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan emosional guru-peserta didik secara hangat.[6] 
D.    Tujuan Keterampilan Bertanya
»   Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
»   Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
»   Memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan.
»   Mendiagnosis kesulitan belajar.
»   Mengembangkan active learning.
»   Memberi kesempatan peserta didik mengassimilasi informasi.
»   Mendorong peserta didik mengemukakan pendapat.
»   Menguji dan mengukur hasil belajar.[7]
Kegiatan tanya jawab harus dilakukan secara tepat, berkenaan dengan memberikan pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) ada beberapa ciri, yaitu:
»   Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
»   Berisi informasi yang cukup agar siswa bisa menjawab pertanyaan.
»   Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
»   Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan.
»   Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
»   Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab dan bertanya.
»   Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.[8]
Kegiatan ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.[9]
E.     Prinsip Dan Kebiasaan Yang Harus Dihindari Guru Dalam Bertanya
Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut di atas, ada beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian guru pada waktu menggunakan keterampilan bertanya dalam proses belajar mengajar, baik keterampilan dasar bertanya tingkat dasar maupun keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. Yaitu:
·         Kehangatan dan keantusiasan (sikap, suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan)
·         Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan
·         Bervariasi
Sikap hangat dan penuh semangat yang ditunjukkan guru dalam menanggapi jawaban siswa-siswi, sangat penting dalam memelihara kelangsungan peran aktif siswa-siswi dalam pelajaran dan peran aktif siswa-siswi terhadap teman sekelas. Salah satu usaha untuk mengomunikasikan sikap antusias guru pada siswa-siswi ialah dengan memperhatikan sungguh-sungguh jawaban siswa-siswi, kemudian guru dapat menyempurnakannya. Jawaban siswa-siswi yang salah atau kurang sempurna, disarankan untuk tidak langsung dikritik, tapi berusahalah agar Anda menggunakan keterampilan dasar mengajar bertanya menuntun (prompting).
Anda sekarang telah menyadari betapa pentingnya penggunaan prinsip-prinsip dalam menerapkan keterampilan dasar bertanya. Akan tetapi, kita sering dihadapkan pada kenyataan bahwa di lapangan terdapat kebiasaan-kebiasaan menggunakan pertanyaan yang kurang menguntungkan proses belajar mengajar.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut yang perlu dihindari:
·         Mengulangi pertanyaan sendiri
·         Mengulangi jawaban siswa-siswi
·         Menjawab pertanyaan sendiri
·         Pertanyaan yang memancing jawaban serentak
·         Pertanyaan ganda
·         Menentukan siswa-siswi dulu sebelum pertanyaan diberikan[10]
·         Hindari pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak[11]

F.     Komponen-komponen Bertanya Tingkat Dasar
Ø  Jelas dan singkat (clarity and brevity)
Pertanyaan diajukan secara singkat namun jelas dan berkenaan dengan satu ide saja.[12] Susunan kata-kata perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa-siswi.
Ø  Penyusunan kata-kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan kata-kata yang cocok dengan tingkat perkembangan kelompok.[13]
Ø  Pemberian acuan (structuring)
Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang kita harapkan dari siswa-siswi.
Ø  Pemusatan (focusing)
Pada umumnya dimulai dengan pertanyaan berpusat (berfokus) luas, kemudian diikuti dengan pertanyaan yang lebih khusus yang berfokus sempit (sesuai dengan tujuan khusus pengajaran).
Ø  Pindah gilir (re-directing)
Pada mulanya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, kemudian memilih beberapa siswa-siswi untuk menjawab dengan cara menyebutkan nama mereka secara bergiliran.
Ø  Penyebaran (distribution)
Giliran untuk menjawab pertanyaan harus disebar merata, baik kepada siswa-siswi yang duduk di depan maupun yang di belakang, baik yang duduk di sudut depan maupun di sudut di belakang.
Penyebaran pertanyaan :
-          Ke seluruh siswa
-          Ke siswa tertentu
-          Giliran respons jawaban teman[14]
Ø  Pemberian waktu berpikir (pausing)
Sesudah mengajukan satu pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik (maksimum ½ menit sebelum menunjuk seorang siswa-siswi untuk menjawab).  
Ø  Pemberian tunjangan (prompting)
Bila seorang siswa-siswi memberikan jawaban yang salah atau kurang sempurna atau tidak dapat menjawab pertanyaan, maka siswa-siswi tersebut perlu mendapat tuntunan guru dengan harapan ia akan dapat menemukan jawaban yang benar, atau mendekati benar. Caranya adalah mengungkapkan sekali lagi pertanyaan itu dengan cara lain yang lebih sederhana dan dengan susunan kata yang lebih mudah dipahami siswa-siswi.
G.    Komponen-komponen Bertanya Tingkat Lanjut
Dalam usaha memahami keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut ada tiga langkah untuk mengembangkannya:
1)      Mengenal berbagai jenis tingkat pertanyaan. Pertanyaan mempunyai karakteristik yang mengemban fungsi tertentu serta menuntut berbagai tingkat berpikir tertentu pula. Beberapa pertanyaan membutuhkan kemampuan mengingat fakta saja, sedangkan yang lainnya memerlukan kemampuan untuk  mengingat dan mempergunakan proses berfikir untuk menjawabnya. Kedua jenis pertanyaan itu sangat berguna. Akan tetapi, terlalu menitikberatkan pada pertanyaan yang bersifat actual saja tidaklah memberikan lingkungan belajar yang efektif. Mengenal berbagai macam pertanyaan yang berbeda merupakan langkah yang menentukan dalam menggunakan berbagai jenis pertanyaan secara efektif.
2)      Mengenal komponen-komponen bertanya tingkat lanjut. Karena komponen-komponen itu menitikberatkan pada usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa-siswi, mendorong minat berpartisipasi dan berinisiatif sendiri, maka pengenalan, pemahaman, dan pengetahun dalam situasi bagaimanakah komponen-komponen itu dipergunakan, sangat membantu meningkatkan keefektifan penggunaan berbagai jenis pertanyaan yang telah dipahami pada langkah pertama.
3)      Mengintegrasikan berbagai jenis pertanyaan dengan komponen-komponen keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut dalam situasi latihan. Latihan-latihan menyebabkan keterampilan bertanya akan berkembang lebih efesien dan efektif.

Komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut meliputi:
-          Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan
-          Pengaturan urutan pertanyaan
-          Penggunaan pertanyaan pelacak
-          Peningkatan terjadinya interaksi[15]

a)      Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan peserta didik. Ada pertanyaan yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi.
Sehubungan dengan itu, guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kogntif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Setiap pertanyaan perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan berpikir peserta didik.
b)      Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan. Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepada yang sukar lagi.[16]
c)      Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan jawaban yang diberikan oleh siswa dianggap benar tetapi masih dapat dilengkapi lagi, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawaban yang diberikan. Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru, antara lain sebagai berikut.
o   Meminta klarifikasi
o   Meminta siswa memberi alasan
o   Meminta kesepakatan pandangan siswa
o   Meminta ketepatan jawaban
o   Meminta jawaban yang lebih relevan
o   Meminta contoh
o   Meminta jawaban yang lebih kompleks[17]

d)     Peningkatan terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkannya kembali kepada siswa lainnya.[18]
Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekadar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.[19]


 
DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Buchari Alma, dkk. 2009. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta
Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group

Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Conny Semiawan. 1992. PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: PT. Grasindo, Anggota IKAPI

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Moch. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Abdul Majid. 2009. PERENCANAAN PEMBELAJARAN, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Eni Purwati dkk. 2009. Micro Teaching. Surabaya: AprintA
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Udin. S. Winataputra, dkk. 2002. Modul Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Moch. Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wina Sanjaya. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group


[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), hlm. 33
[2] Eni Purwati dkk, Micro Teaching. (Surabaya: AprintA, 2009), hlm. 16
[3]Buchari Alma, dkk. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 28
[4]Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 158-161

[5]Conny Semiawan, PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar? (Jakarta: PT. Grasindo, Anggota IKAPI, 1992)  hlm. 72
[6] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 28
[7] Eni Purwati dkk, op.cit. hlm. 16
[8] Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),  hlm. 82

[9]Abdul Majid, PERENCANAAN PEMBELAJARAN, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 138
[10] Eni Purwati dkk, op.cit. hlm. 17
[11] Sumiati, Metode Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), hlm. 123
[12] Sumiati, loc.cit
[13]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),  hlm. 108
[14]Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Surabaya: Usaha Nasional, 1994),  hlm. 109
[15]Eni Purwati dkk,op.cit. hlm. 19
[16]E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 74-75
[17]Udin. S. Winataputra, dkk. Modul Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hlm. 15-18
[18]Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),  hlm. 79
[19]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 306

Tidak ada komentar:

Posting Komentar