Tugas ini diajukan untuk memenuhi sebagian
tugas matakuliah Micro Teaching
Di Susun Oleh :
Umi Salamah
Nur Fadlina
Sahrin
Khalisyah
Lokal
/ semester : A / VI
Prodi : S1-PGMI
Dosen pengampu : Drs. Erdi Indra
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013/2014
KETERAMPILAN DASAR BERTANYA (QUESTIONING)
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Di samping itu,
keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa mengimplementasikan
berbagai strategi pembelajaran.
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan
yang sangat penting untuk dikuasai. Mengapa demikian? Sebab melalui
keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.[1]
Keterampilan bertanya sangat penting dalam proses belajar-mengajar,
karena dengan diadakannya kegiatan bertanya guru dapat memancing jawaban,
komentar, pemahaman dari siswa-siswi, serta dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa dan memotivasi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran, model
pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan kegiatan yang selalu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
A.
Pengertian
Keterampilan Bertanya
Menurut pendapat
Brown pengertian bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau
menciptakan ilmu pada diri siswa-siswi merupakan pengertian dari bertanya
(Brown, 1975, 103). Dalam proses belajar mengajar, tujuan pertanyaan yang
diajukan oleh guru adalah agar siswa-siswi belajar, artinya memperoleh
pengetahuan (informasi) dan meningkatkan kemampuan berpikir.
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan dasar mengajar
bertanya adalah suatu aktivitas guru yang berupa ungkapan pertanyaan kepada
anak didik untuk menciptakan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar bertanya tingkat
dasar dan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. keterampilan
dasar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan
dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar
bertanya tingkat dasar dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa-siswi, memperbesar partisipasinya, dan mendorong agar siswa-siswi dapat
mengambil inisiatif sendiri.
B.
Pentingnya
Keterampilan Bertanya
Keterampilan dasar bertanya perlu dikuasai oleh guru maupun calon
guru karena:
o
Telah
berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung
menempatkan guru sebagai sumber informasi sedangkan siswa-siswi menjadi
penerima informasi yang pasif.
o
Latar belakang
kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa
mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapat.
o
Penggalakan
penerapan gagasan Active Learning saat ini yang menuntut para siswa-siswi lebih
banyak terlibat secara mental dalam proses belajar mengajar seperti bertanya,
berusaha menemukan jawaban masalah yang dihadapinya.
o
Pandangan yang
salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya
dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa-siswi.
Berdasarkan empat hal tersebut di atas, jelas bahwa penguasaan
keterampilan bertanya bagi seorang guru sangat penting. Dengan menggunakan
keterampilan dasar bertanya yang efektif dan efesien dalam proses belajar
mengajar, diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa-siswi.
Perubahan pada guru adalah bahwa dengan menerapkan secara bervariasi
keterampilan dasar bertanya, guru menciptakan interaksi yang dinamis, membantu
siswa-siswi untuk berinisiatif dalam proses pembelajaran.[2]
Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses
pembelajaran, maka setiap guru harus memiliki keterampilan ini, untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Di bawah ini dijelaskan tentang jenis-jenis pertanyaan,
dan teknik-teknik bertanya.
C.
Jenis-jenis
Pertanyaan
Pertanyaan itu banyak jenisnya. Dilihat dari maksudnya, pertanyaan
terdiri dari:
a.
Pertanyaan
permintaan (compliance question), yaitu pertanyaan yang mengandung unsur
suruhan dengan harapan agar siswa dapat mematuhi perintah yang diucapkan, oleh
karena itu pertanyaan ini tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi
yang diharapkan adalah tindakan siswa.
b.
Pertanyaan
retoris (rhetorical question) yaitu jenis pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban dari siswa, akan tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
c.
Pertanyaan
mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang
ditujukan untuk menuntun proses berpikir siswa, dengan harapan siswa dapat
memperbaiki atau menemukan jawaban yang bebih tepat dari jawaban sebelumnya.
d.
Pertanyaan
menggali (probing question), adalah pertanyaan yang diarahkan untuk
mendorong siswa agar dapat menambah kualitas dan kuantitas jawaban. Jenis
pertanyaan ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Sekarang pertanyaan dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang
diharapkan bisa terdiri dari pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat
tinggi.
v Pertanyaan pengetahuan (knowledge question)
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan
yang paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta atau
data, oleh sebab itu dinamakan juga pertanyaan yang menghendaki agar siswa
dapat mengungkapkan kembali (recall question).
Contoh: “Siapa presiden wanita Indonesia?”
v Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan, pertanyaan
pemahaman lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis pertama, oleh sebab
pertanyaan ini tidak hanya sekadar mengharapkan siswa untuk mengungkapkan
kembali apa yang diingatnya, akan tetapi pertanyaan yang mengharapkan kemampuan
siswa untuk memperjelas gagasan.
Contoh:
“Apa perbedaan antara tumbuhan yang berkembang biak dengan cara
generatif dan vegetatif?”
v Pertanyaan aplikatif (application question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban agar siswa dapat
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Contoh:
Kamu telah belajar bagaimana cara menghitung luas sebuah bidang.
Nah, sekarang coba kamu hitung berapa luas kelas tempat belajar kita ini.
v Pertanyaan analisis (Analysis question)
Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki agar siswa
dapat menguraikan suatu konsep tertentu.
Contoh:
“Coba Anda uraikan dengan jelas apa manfaat koperasi sekolah?”
v Pertanyaan sintesis (synthesis question)
Pertanyaan ini menghendaki agar siswa dapat membuat semacam
ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran.
Contoh:
“Jika kamu sebagai pimpinan perusahaan, usaha apa yang kamu lakukan
untuk meningkatkan laba usaha?”[3]
v Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan
penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu.
Contoh:
“ Bagaimana pendapatmu
tentang pelaksanaan organisasi pramuka di sekolah?”
Adapun teknik-teknik bertanya yaitu:
-
Tunjukkan
keantusiasan dan kehangatan
-
Berikan waktu
secukupnya kepada siswa untuk berpikir
-
Atur lalu
lintas bertanya jawab
-
Hindari
pertanyaan ganda[4]
Dalam menyusun pertanyaan, perlu diperhatikan jenis pertanyaan yang
akan diajukan. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa dapat
dikelompokkan dalam:
ü Pertanyaan tertutup, bila menghendaki jawaban tertentu dan menuju
pada suatu kesimpulan. Misalnya: “Apakah fungsi candi menurut ajaran agama
Budha dan Hindu?”
ü Pertanyaan terbuka, bila menghendaki berbagai alternatif jawaban.[5]
Misalnya: “Akibat-akibat apakah yang ditimbulkan oleh bencana banjir?”
Kemampuan guru dalam menumbuhkan keberanian bertanya dalam diri
siswa menunjukkan keberhasilan guru
dalam mengaktifkan proses pembelajaran.
Dengan demikian, “pertanyaan” merupakan salah satu indikasi
keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan
pertanyaan dalam proses pembelajaran.
Beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk memotivasi
siswa bertanya atau terlibat aktif dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a.
Guru memberi
reward (poin) bagi setiap peserta didik yang bertanya, satu poin untuk
pertanyaan yang tidak sesuai dengan materi pelajaran, dan dua poin untuk
pertanyaan yang sesuai dengan materi pelajaran. Poin tersebut dapat berupa
tambahan nilai ulangan harian atau sekadar ucapan “pertanyaan yang bagus”.
b.
Guru memberi
pertanyaan kepada siswa yang pasif untuk dijawab. Beri satu poin jika
jawabannya salah, dan beri dua poin jika jawabannya benar. Ketika jawabannya
kurang tepat, guru dapat meminta siswa tersebut untuk mencari bantuan temannya
guna menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.
c.
Menyebut nama
siswa tertentu yang relatif aktif atau antusias dalam mengikuti pelajaran.
Misalnya, di sela-sela penjelasan diikuti dengan penyebutan “si A juga kalau
belajar keras bisa jadi juara”. Hal ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan
emosional guru-peserta didik secara hangat.[6]
D.
Tujuan
Keterampilan Bertanya
»
Meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
»
Membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu siswa.
»
Memusatkan
perhatian siswa terhadap pokok bahasan.
»
Mendiagnosis
kesulitan belajar.
»
Mengembangkan
active learning.
»
Memberi
kesempatan peserta didik mengassimilasi informasi.
»
Mendorong
peserta didik mengemukakan pendapat.
»
Menguji dan
mengukur hasil belajar.[7]
Kegiatan tanya jawab harus dilakukan secara tepat, berkenaan dengan
memberikan pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) ada beberapa
ciri, yaitu:
»
Jelas dan mudah
dimengerti oleh siswa.
»
Berisi
informasi yang cukup agar siswa bisa menjawab pertanyaan.
»
Difokuskan pada
suatu masalah atau tugas tertentu.
»
Berikan waktu
yang cukup kepada siswa untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan.
»
Berikan
pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
»
Berikan respon
yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab dan
bertanya.
»
Tuntunlah
jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.[8]
Kegiatan ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berpikir dan
membimbingnya dalam mencapai kebenaran.[9]
E.
Prinsip Dan
Kebiasaan Yang Harus Dihindari Guru Dalam Bertanya
Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut di atas, ada beberapa
prinsip yang perlu mendapat perhatian guru pada waktu menggunakan keterampilan
bertanya dalam proses belajar mengajar, baik keterampilan dasar bertanya
tingkat dasar maupun keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. Yaitu:
·
Kehangatan dan
keantusiasan (sikap, suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan)
·
Berikan waktu
berpikir untuk menjawab pertanyaan
·
Bervariasi
Sikap hangat dan penuh semangat yang ditunjukkan guru dalam
menanggapi jawaban siswa-siswi, sangat penting dalam memelihara kelangsungan
peran aktif siswa-siswi dalam pelajaran dan peran aktif siswa-siswi terhadap
teman sekelas. Salah satu usaha untuk mengomunikasikan sikap antusias guru pada
siswa-siswi ialah dengan memperhatikan sungguh-sungguh jawaban siswa-siswi,
kemudian guru dapat menyempurnakannya. Jawaban siswa-siswi yang salah atau
kurang sempurna, disarankan untuk tidak langsung dikritik, tapi berusahalah
agar Anda menggunakan keterampilan dasar mengajar bertanya menuntun (prompting).
Anda sekarang telah menyadari betapa pentingnya penggunaan
prinsip-prinsip dalam menerapkan keterampilan dasar bertanya. Akan tetapi, kita
sering dihadapkan pada kenyataan bahwa di lapangan terdapat kebiasaan-kebiasaan
menggunakan pertanyaan yang kurang menguntungkan proses belajar mengajar.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut yang perlu dihindari:
·
Mengulangi
pertanyaan sendiri
·
Mengulangi
jawaban siswa-siswi
·
Menjawab
pertanyaan sendiri
·
Pertanyaan yang
memancing jawaban serentak
·
Pertanyaan
ganda
·
Menentukan
siswa-siswi dulu sebelum pertanyaan diberikan[10]
·
Hindari
pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak[11]
F.
Komponen-komponen
Bertanya Tingkat Dasar
Ø Jelas dan singkat (clarity and brevity)
Pertanyaan diajukan secara singkat namun jelas dan berkenaan dengan
satu ide saja.[12]
Susunan kata-kata perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
siswa-siswi.
Ø Penyusunan kata-kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus
disusun dengan kata-kata yang cocok dengan tingkat perkembangan kelompok.[13]
Ø Pemberian acuan (structuring)
Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan
acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang
kita harapkan dari siswa-siswi.
Ø Pemusatan (focusing)
Pada umumnya dimulai dengan pertanyaan berpusat (berfokus) luas,
kemudian diikuti dengan pertanyaan yang lebih khusus yang berfokus sempit
(sesuai dengan tujuan khusus pengajaran).
Ø Pindah gilir (re-directing)
Pada mulanya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa,
kemudian memilih beberapa siswa-siswi untuk menjawab dengan cara menyebutkan
nama mereka secara bergiliran.
Ø Penyebaran (distribution)
Giliran untuk menjawab pertanyaan harus disebar merata, baik kepada
siswa-siswi yang duduk di depan maupun yang di belakang, baik yang duduk di
sudut depan maupun di sudut di belakang.
Penyebaran pertanyaan :
-
Ke seluruh
siswa
-
Ke siswa
tertentu
-
Giliran respons
jawaban teman[14]
Ø Pemberian waktu berpikir (pausing)
Sesudah mengajukan satu pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu
memberi waktu beberapa detik (maksimum ½ menit sebelum menunjuk seorang
siswa-siswi untuk menjawab).
Ø Pemberian tunjangan (prompting)
Bila seorang siswa-siswi memberikan jawaban yang salah atau kurang
sempurna atau tidak dapat menjawab pertanyaan, maka siswa-siswi tersebut perlu
mendapat tuntunan guru dengan harapan ia akan dapat menemukan jawaban yang
benar, atau mendekati benar. Caranya adalah mengungkapkan sekali lagi
pertanyaan itu dengan cara lain yang lebih sederhana dan dengan susunan kata
yang lebih mudah dipahami siswa-siswi.
G.
Komponen-komponen
Bertanya Tingkat Lanjut
Dalam usaha memahami keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut ada
tiga langkah untuk mengembangkannya:
1)
Mengenal
berbagai jenis tingkat pertanyaan. Pertanyaan mempunyai karakteristik yang
mengemban fungsi tertentu serta menuntut berbagai tingkat berpikir tertentu
pula. Beberapa pertanyaan membutuhkan kemampuan mengingat fakta saja, sedangkan
yang lainnya memerlukan kemampuan untuk
mengingat dan mempergunakan proses berfikir untuk menjawabnya. Kedua
jenis pertanyaan itu sangat berguna. Akan tetapi, terlalu menitikberatkan pada
pertanyaan yang bersifat actual saja tidaklah memberikan lingkungan belajar
yang efektif. Mengenal berbagai macam pertanyaan yang berbeda merupakan langkah
yang menentukan dalam menggunakan berbagai jenis pertanyaan secara efektif.
2)
Mengenal
komponen-komponen bertanya tingkat lanjut. Karena komponen-komponen itu
menitikberatkan pada usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa-siswi,
mendorong minat berpartisipasi dan berinisiatif sendiri, maka pengenalan,
pemahaman, dan pengetahun dalam situasi bagaimanakah komponen-komponen itu
dipergunakan, sangat membantu meningkatkan keefektifan penggunaan berbagai
jenis pertanyaan yang telah dipahami pada langkah pertama.
3)
Mengintegrasikan
berbagai jenis pertanyaan dengan komponen-komponen keterampilan dasar bertanya
tingkat lanjut dalam situasi latihan. Latihan-latihan menyebabkan keterampilan
bertanya akan berkembang lebih efesien dan efektif.
Komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut meliputi:
-
Pengubahan
tuntutan tingkat kognitif pertanyaan
-
Pengaturan
urutan pertanyaan
-
Penggunaan
pertanyaan pelacak
-
Peningkatan
terjadinya interaksi[15]
a)
Pengubahan
tuntutan tingkat kognitif pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat mengundang proses mental yang
berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan
peserta didik. Ada pertanyaan yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada
juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi.
Sehubungan dengan itu, guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan
dari tingkat kognitif yang hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek
kogntif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Setiap pertanyaan perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan berpikir peserta
didik.
b)
Pengaturan
urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju
yang paling kompleks secara berurutan. Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik
dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepada yang
sukar lagi.[16]
c)
Penggunaan
pertanyaan pelacak
Jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan jawaban yang
diberikan oleh siswa dianggap benar tetapi masih dapat dilengkapi lagi, guru
dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang dapat membimbing siswa untuk
mengembangkan jawaban yang diberikan. Teknik pertanyaan pelacak yang dapat
digunakan guru, antara lain sebagai berikut.
o
Meminta
klarifikasi
o
Meminta siswa
memberi alasan
o
Meminta
kesepakatan pandangan siswa
o
Meminta
ketepatan jawaban
o
Meminta jawaban
yang lebih relevan
o
Meminta contoh
o
Meminta jawaban
yang lebih kompleks[17]
d)
Peningkatan
terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung
jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau
menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah
pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru
tidak segera menjawab, tetapi melontarkannya kembali kepada siswa lainnya.[18]
Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru,
apakah itu bertanya hanya sekadar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk
melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.[19]
DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group
Buchari Alma,
dkk. 2009. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar).
Bandung: Alfabeta
Wina Sanjaya. 2008.
Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Prenada Media Group
Sumiati. 2008. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Conny Semiawan.
1992. PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam
Belajar?. Jakarta: PT. Grasindo, Anggota IKAPI
Suyadi. 2013. Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moch. Uzer
Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Abdul Majid. 2009.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset
Syaiful Bahri
Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Syaiful Bahri
Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional
Eni
Purwati dkk. 2009. Micro Teaching. Surabaya: AprintA
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Udin. S.
Winataputra, dkk. 2002. Modul Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Moch. Uzer
Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wina Sanjaya. 2011.
Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group
[1]
Wina Sanjaya,
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), hlm. 33
[2]
Eni Purwati dkk,
Micro Teaching. (Surabaya: AprintA, 2009), hlm. 16
[3]Buchari Alma,
dkk. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar).
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 28
[4]Wina Sanjaya, Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), hlm. 158-161
[5]Conny Semiawan,
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar? (Jakarta:
PT. Grasindo, Anggota IKAPI, 1992) hlm. 72
[6]
Suyadi, Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 28
[7]
Eni Purwati
dkk, op.cit. hlm. 16
[8]
Moch. Uzer
Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 82
[9]Abdul Majid, PERENCANAAN
PEMBELAJARAN, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 138
[10]
Eni Purwati
dkk, op.cit. hlm. 17
[11]
Sumiati, Metode
Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), hlm. 123
[12]
Sumiati,
loc.cit
[13]Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 108
[14]Syaiful Bahri
Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 109
[15]Eni Purwati dkk,op.cit.
hlm. 19
[16]E. Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 74-75
[17]Udin. S.
Winataputra, dkk. Modul Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2002), hlm. 15-18
[18]Moch. Uzer
Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 79
[19]Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 306
Tidak ada komentar:
Posting Komentar