Sabtu, 17 Mei 2014

MAKALAH ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN








Teknik-Teknik Supervisi
Pembagian Tugas Pekerjaan Kepada Guru
dan Pembagian Tugas Kepada Guru

Di Susun Oleh :
Umi Salamah
Syahrial
Lokal / semester     :  A / VI
Prodi                      :  S1-PGMI
Matakuliah             :  Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Dosen pengampu   :  Dra. Sri Mulyati, M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013/2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan dalam bentuk makalah sedarhana yang membahas “Teknik-Teknik Supervisi, Pembagian Tugas Pekerjaan Kepada Guru dan Pembagian Tugas Kepada Guru.”
  Penulis juga menyadari dalam penulisan ini banyak terdapat kekurangan serta kelemahannya, oleh sebab itu dengan terbuka penulis mengharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.
  Akhirnya, atas segala budi baik dari semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, baik moral maupun material, penulis serahkan sepenuhnya kapada Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Rahim membalas dengan memberikan ganjaran dan balasan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.
                                                                      









DAFTAR ISI
                                                                            
KATA PENGANTAR..........................................................     i
DAFTAR ISI.........................................................................    ii

BAB I     PENDAHULUAN
         1.1                                                                                   Latar Belakang                      1
         1.2                                                                                   Rumusan Masalah                 1
   1.3                                                                                   Tujuan Penulisan                   1

BAB II    PEMBAHASAN
2.1    Pengertian supervisi ………………………………   2
2.2    Teknik-teknik supervisi …………………………...   2      
2.3    Pembagian Tugas Pekerjaan Kepada Guru .............   8
2.4    Pembagian Tugas Kepada Guru ............................. 11

BAB III PENUTUP
         3.1 Kesimpulan.............................................................   16
         3.2  Saran.......................................................................   16
       
DAFTAR PUSTAKA...........................................................   17




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan pada suatu jenjang pendidikan sangat diperlukan pelaksanaan supervisi. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Adapun pembagian tugas pekerjaan kepada guru telah diatur sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan proses belajar-mengajar menjadi efektif dan efesien. Sedangkan pembagian tugas kepada guru telah ditentukan oleh supervisor, diharapkan tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan dengan sepenuh hati. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Pada makalah ini akan membahas tentang teknik-teknik supervisi, pembagian tugas pekerjaan kepada guru dan pembagian tugas kepada guru.

1.2         Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian supervisi?
b.      Apa saja teknik-teknik supervisi?
c.       Bagaimana pembagian tugas pekerjaan kepada guru?
d.      Bagaimana pembagian tugas kepada guru?

1.3         Tujuan Penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui pengertian supervisi, teknik-teknik supervisi, pembagian tugas pekerjaan kepada guru dan pembagian tugas kepada guru.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Supervisi
Kata supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervisi yang artinya “pengawasan”. Dari kata tersebut muncul kata supervisor, yang artinya pengawas atau pengamat.[1] Supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pengajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Dengan kata lain, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.[2] 
2.2     Teknik-Teknik Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.

1.      Teknik Perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara persorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a)        Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor memberikan saran-saran atau nasihat-nasihat yang diperlukan, dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usul-usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
b)        Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri (intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain (interschool visits). Sebagai demonstran dapat ditunjuk seorang guru dari sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap memiliki kecakapan atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan kunjungan kelas yang diadakan, atau lebih baik lagi jika sebagai demonstran tersebut adalah supervisor sendiri, yaitu kepala sekolah. Sama halnya dengan kunjungan kelas, kunjungan observasi juga diikuti dengan mengadakan diskusi di antara guru-guru pengamat dengan demonstran, yang dilakukan segera setelah demonstrasi mengajar selesai dilakukan.
c)         Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang “nakal”, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Meskipun di beberapa sekolah mungkin telah dibentuk bagian bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan dan konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya. Di samping itu, kita pun harus menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah, dalam hal ini sangat diperlukan.
d)        Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.
Antara lain:
     Menyusun Program Catur Wulan atau Program Semester
     Menyusun atau membuat Program Satuan Pelajaran
     Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
     Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
     Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar
     Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan supervisi tersebut di atas, di samping dapat dilakukan dengan teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok, bergantung pada tujuan dan situasinya.
2.      Teknik Kelompok
Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a.         Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum (dilihat kembali teknik perseorangan bagian d di atas), pembinaan administrasi atau tata laksana sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelolaan keuangan sekolah.
b.         Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan.


c.         Mengadakan penataran-penataran (inservise-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktikkan oleh guru-guru.[3]  
Dalam melaksanakan tugas-tugas supervisi, para supervisor terutama pengawas dapat memilih dan menggunakan beberapa teknik supervisi; antara lain kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis dan sebagainya. Berikut ini digambarkan sekilas tentang teknik-teknik tersebut.
1)      Kunjungan kelas
Adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor/pengawas terhadap kelas-kelas tertentu pada sekolah-sekolah yang telah diprogramkan untuk disupervisi.
2)      Kunjungan sekolah
Adalah kunjungan pengawas/supervisor ke sekolah baik atas permintaan kepala sekolah ataupun atas perintah ketua kelompok kerja pengawas (ketua pokjawas) masing-masing wilayah. Kunjungan sekolah dimaksudkan untuk mengetahui sikap profesional guru, pengelolaan administrasi sekolah, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum dan sebagainya.


3)      Tes dadakan
Adalah tes yang dilakukan oleh supervisor terhadap siswa secara mendadak atau tiba-tiba, tanpa member tahu guru atau siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari sebelumnya.
4)      Konferensi kasus
Adalah teknik supervisi yang dilakukan oleh supervisor/pengawas bila ada masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kepala sekolah maupun dewan guru.
5)      Observasi Dokumen
Merupakan salah satu teknik supervisi yang dapat dilakukan oleh para supervisor/pengawas. Teknik ini dilakukan dalam rangka menjaring informasi tentang pengelolaan administrasi sekolah yang meliputi: Dokumen ketenagaan atau sumber daya manusia yang ada di sekolah/madrasah tersebut, dan dokumen material (sarana dan prasarana sekolah).
6)      Wawancara
Wawancara atau temu wicara dilakukan setelah kegiatan observasi, baik observasi kelas maupun observasi dokumen. Hal ini dilakukan dalam rangka penilaian dan pembinaan atau mencari titik temu dalam usaha pemecahan masalah.
7)      Angket
Yaitu bentuk lain dalam melakukan supervise, dengan cara membuat format yang berisi berbagai pertanyaan atau pernyataan dalam rangka menjaring data atau informasi yang bersifat kualitatif yang memerlukan jawaban yang objektif tentang berbagai hal berkaitan dengan kualitas guru, siswa dan kualitas belajar-mengajar di sekolah tersebut (contoh angket terlampir).
8)      Laporan
Teknik lain yang dapat pula dilakukan adalah laporan, terutama laporan tertulis. Hal ini dapat dilakukan hanya untuk sementara, dalam rangka mengatasi keterbatasan waktu, keterbatasan alat transportasi untuk melakukan kunjungan dan keterbatasan jumlah supervisor/pengawas pada daerah yang bersangkutan.
Laporan tertulis dapat dibuat oleh guru atau kepala sekolah. Adapun hal-hal yang perlu dilaporkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah, baik yang bersifat teknis edukatif maupun teknis administratif (contoh laporan terlampir).[4]

2.3     Pembagian Tugas Pekerjaan Kepada Guru
Pemberian tugas pekerjaan kepada guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisor di sekolah yang dipimpinnya harus dapat memperhatikan:
»   Apakah jumlah guru di sekolah itu telah cukup banyaknya?
»   Apakah tidak terlalu banyak guru honorer dan kekurangan guru tetap?
»   Apakah terlalu banyak guru wanita dibanding dengan guru pria, atau sebaliknya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu diperhatikan untuk selanjutnya berusaha bagaimana melengkapi kekurangan-kekurangan itu. Usaha ini dapat dilakukan dengan jalan meminta atau melaporkan kepada atasan masing-masing, atau dengan jalan mencari sendiri guru yang diperlukan dan kemudian mengusulnya kepada atasan yang berwenang.
Berdasarkan pengangkatan/penempatan guru yang dilakukan oleh atasan, selanjutnya tugas kepala sekolah ialah memberikan tugas kepada guru tersebut.
Bagaimana pemberian tugas atau penempatan guru di dalam kelas oleh pimpinan sekolah, akan diuraikan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
1)      Sistem penempatan guru dalam kelas
Masalah pemberian tugas/penempatan guru dalam kelas merupakan masalah penting dalam rangka supervisi yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Kita mengenal sedikitnya tiga sistem, yaitu: sistem guru kelas, sistem guru bidang studi, dan sistem campuran.
Yang dimaksud dengan sistem guru kelas ialah seperti yang lazim berlaku di SD kita sampai sekarang. Setiap guru diserahi satu kelas yang terdiri atas sejumlah murid selama satu tahun atau lebih. Tugas guru tersebut mengajarkan semua mata pelajaran yang berlaku di kelas itu, masing-masing sesuai dengan tingkat dari kelas satu sampai kelas enam.
Yang dimaksud dengan sistem guru bidang studi ialah seperti yang biasa berlaku di SMTP dan SMTA kita sekarang. Setiap guru mengajarkan di beberapa kelas, mata pelajaran yang sesuai dengan keahliannya seperti tercantum dalam ijazah keguruannya.
Sedangkan sistem campuran ialah gabungan dari kedua sistem tersebut di atas. Di dalam suatu sekolah yang menggunakan sistem campuran terdapat:
o   Guru-guru yang diserahi kelas, tetapi ada pula beberapa guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu di tiap kelas.
o   Guru-guru yang diserahi kelas, pada jam-jam pelajaran tertentu mengajarkan mata paelajaran yang sesuai dengan keahlian/hobinya di kelas lain.
Ketiga sistem tersebut masing-masing ada kebaikan dan keburukannya.
a.      Sistem guru kelas
Kebaikannya:
     Guru dapat mengenal agak mendalam individu-individu murid masing-masing: wataknya, bakatnya, tingkah lakunya, tingkat inteligensinya, kelambatan/kecepatan daya tangkapnya, cara belajarnya, dan sebagainya.
     Itu semua dapat memudahkan guru dalam memberikan pelajaran dan cara mengevaluasi yang lebih objektif.
     Guru harus belajar menguasai semua mata pelajaran yang diberikan di kelas itu.
Keburukannya:
         Tidak semua guru menyukai semua mata pelajaran, tentu ada beberapa mata pelajaran yang tidak disukainya.
         Guru setiap hari menghadapi kelas/murid-murid yang itu-itu saja, memungkinkan dia menjadi bosan.
         Jika guru itu bertahun-tahun memegang satu tingkat kelas, dapat mengakibatkan pengetahuan guru itu statis.
b.      Sistem guru bidang studi
Kebaikannya:
          Cara mengajar dan hasil belajar dapat lebih baik karena dipegang/diberikan oleh guru-guru yang menguasai vaknya.
          Guru tidak lekas bosan mengajar karena selalu berganti kelas dan murid-muridnya.
          Memungkinkan guru memperdalam vaknya lebih baik, menjurus kepada hobi dan keahliannya.
Kekurangannya:
          Guru kurang dapat mengenal dengan baik pribadi individu masing-masing anak sehingga dia kurang dapat menyesuaikan pelajarannya dengan kemampuan anak masing-masing.
          Pekerjaan koreksi guru itu terlalu banyak sehingga memungkinkan penilaian yang tidak objektif.
          Jika guru orang yang statis, dapat menyebabkan guru mengajar secara konservatif-tradisional, tidak mengikuti perkembangan masyarakat.
c.       Sistem campuran    
Melihat kebaikan dan keburukan tersebut di atas, kita dapat mengatakan sistem campuran lebih baik. Tetapi, kita mengetahui bahwa kecocokan kedua sistem itu berbeda-beda: sistem guru kelas lebih baik untuk SD, sistem guru vak lebih baik untuk SL.   
   Bagaimana sebaiknya?
Kami berpendapat sebagai berikut:
{  Sistem guru bidang studi tetap dipertahankan di SLTP dan SLTA. Dan untuk mengatasi keburukan-keburukannya, perlulah di sekolah itu dibentuk petugas bimbingan yang terdiri atas konselor-konselor yang benar-benar memiliki keahlian dan mempunyai kemauan bekerja yang baik.
{  Untuk di SD, di samping sistem guru kelas, diadakan pula sistem campuran. Pertimbangan kami ialah karena tidak semua mata pelajaran disukai oleh guru, dan ada mata pelajaran yang memerlukan keahlian atau bakat tertentu, seperti menggambar, olah raga, dan sebagainya.   

2)      Cara memilih dan menempatkan guru dalam kelas
a.    Penempatan guru-guru SD
1.        Tiap guru ditempatkan sesuai dengan ijazah dan pengalamannya masing-masing.
2.        Kepala sekolah harus mengenal betul-betul pribadi guru masing-masing, siapa yang sesuai untuk mengajar di kelas satu dan siapa di kelas enam, dan sebagainya.
3.        Untuk mengadakan sistem campuran, setiap guru dapat disuruh memilih dan memperdalam vak-vak apa yang sangat disukainya, untuk selanjutnya di samping sebagai guru kelas tertentu, mengajar pula bidang studi yang telah dipilihnya itu di kelas-kelas lain.
4.        Mata-mata pelajaran yang baik untuk diberikan dengan sistem guru bidang studi ialah mata pelajaran ekspresi yang tidak biasanya semua guru dapat menguasainya, seperti pendidikan agama, pekerjaan tangan/keterampilan, menggambar, seni suara (kesenian) dan olah raga. Sedangkan mata-mata pelajaran lain tetap dipegang oleh guru kelas masing-masing.
5.        Perlu adanya penyusunan Rooster (daftar pelajaran) yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjadi tumbukan atau saling mengganggu ketenangan belajar.
6.        Setahun atau dua tahun sekali perlu diadakan pertukaran guru kelas untuk menjaga timbulnya kebosanan. Tetapi, jangan terlalu sering akan disesuaikan dengan kepentingan kelas-kelas itu masing-masing. (Ingat: kelas 1 dan kelas 2 memerlukan guru yang berpengalaman, dan tidak semua guru cakap mengajar di kelas itu).
b.    Penempatan guru-guru SMTP/SMTA
Kami berpendapat bahwa sistem guru bidang studi tetap dipergunakan di SMTP/SMTA. Akan tetapi, dalam pelaksanaan praktek sehari-hari, kita dapat melihat cara penempatan dan pemberian tugas yang masing kurang sesuai dengan yang seharusnya.
Banyak SMTP maupun SMTA yang mengadakan pembagian mengajar kepada guru-guru hanya berdasarkan “keadilan” dalam banyaknya jumlah pelajaran. Setiap guru di sekolah itu diusahakan agar jumlah jam pelajarannya dalam seminggu rata-rata sama atau hampir sama dengan guru-guru lain.
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembagian tugas itu hanyalah “pembagian rezeki” yang adil bagi semua guru. Ini akibat dari adanya tunjangan BP3 yang selalu berdasarkan atas banyaknya jam pelajaran yang dipegang oleh guru masing-masing.
Akibat daripadanya dapat kita lihat:
«  Guru tidak menguasai bahan yang diajarkan.
«  Persiapan guru tidak teratur (tidak sempat membuat persiapan).
«  Cara mengajar yang semaunya saja.
«  Kebencian dan kebosanan belajar pada murid-murid.
«  Tidak adanya kontinuitas bahan pelajaran dari kelas satu ke kelas berikutnya.
«  Mutu pelajaran yang makin merosot.
«  Kurikulum sekolah tidak tercapai.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang demikian, maka dalam penempatan tugas dan pembagian tugas guru-guru di SMTP dan SMTA perlu diperhatikan:
«  Setiap guru memegang vak sesuai dengan ijazah atau keahliannya masing-masing.
«  Untuk kelas-kelas tertinggi perlu dipilih guru-guru yang berpengalaman.
«  Untuk bidang studi yang memerlukan keahlian tertentu, dapat diserahkan kepada guru yang mempunyai hobi pada vak tersebut (sebelum guru vak yang bersangkutan dapat diusahakan).
Pembagian tugas wali kelas:
Karena di sekolah lanjutan tidak menggunakan sistem guru kelas, maka untuk lebih membantu kepala sekolah dalam usahanya mengawasi kelas dan memperhatikan individu-individu anak masing-masing, perlulah dibentuk wali-wali kelas.
Pembagian tugas wali kelas sebaiknya didasarkan atas pertimbangan:
{  Banyaknya jam pelajaran yang diajarkan guru kelas itu.
{  Kewajiban guru terhadap kelas itu, dan
{  Sedapat mungkin guru tetap di sekolah itu.
Tugas wali kelas harus jelas (dibuat peraturan yang terinci).[5]

2.4     Pembagian Tugas Kepada Guru
Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
1)        Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2)        Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
3)        Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.[6]
4)        Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan.
5)        Menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman tinggal di kelas, menyenangkan (joyful learning), kondusif bagi terciptanya kreativitas dan inovasi juga demokratisasi, sehingga efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ini adalah esensi dari PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).[7]
Demikianlah, dalam proses belajar-mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
Dalam melaksanakan tugas-tugas supervisi, para supervisor terutama pengawas dapat memilih dan menggunakan beberapa teknik supervisi; antara lain kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis dan sebagainya.
Bagaimana pemberian tugas atau penempatan guru di dalam kelas oleh pimpinan sekolah, akan diuraikan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
·         Sistem penempatan guru dalam kelas
·         Cara memilih dan menempatkan guru dalam kelas

3.2  Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Azhari. 2003. Supervisi Rencana Program Pembelajaran. Ciputat: Riau Putra
M. Ngalim Purwanto. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pedoman Pengembangan Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Memepengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


[1] Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran (Ciputat: Riau Putra, 2003), hlm. 1
[2] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 76
[3] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 122
[4] Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Jakarta, 2003), hlm. 46-56
[5] M. Ngalim Purwanto, op.cit. hlm. 123-127
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Memepengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm 97
[7] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 237
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar